Emas Putih Dari Angkasa:Yang Pernah Melambung Tingi Bahkan Primadona Indonesia Yang Tengah Meredup Saat ini

news||Melawi Kalbar-09 August 2025 08:45Indonesia merupakan salah satu pengekspor utama sarang burung walet di dunia. Komoditas sarang burung adalah komoditas unggulan pada ekspor sektor peternakan Indonesia. Namun, volume ekspor pada tahun 2024 menunjukkan penurunan.
Dengan ribuan khasiat yang dikandungnya, sarang burung walet menjadi salah satu komoditas ekspor yang populer. Beberapa khasiatnya meliputi peningkatan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan kulit, membantu proses pemulihan luka, serta berpotensi mencegah penyakit kronis seperti kanker dan diabetes.Iklim tropis di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sangat mendukung perkembangbiakan burung walet, sehingga wilayah ini menjadi habitat ideal bagi mereka
. Selain Indonesia, sarang burung walet juga ditemukan di negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan beberapa pulau di Pasifik.Indonesia memiliki keunggulan dalam hal produksi sarang burung walet, dengan budidaya yang dilakukan di bangunan khusus.Foto: Ilustrasi sarang burung walet. IstIlustrasi sarang burung walet. IstDi tempat-tempat ini, para peternak menyediakan lingkungan yang mendukung burung walet untuk bersarang. Selain meningkatkan hasil produksi, praktik ini juga memperhatikan keberlanjutan, memastikan populasi burung walet tetap stabil dan lingkungan tidak terancam.
Dilansir dari data Analisis Komoditas Ekspor 2020-2024 milik Badan Pusat Statistik (BPS), komoditas ini memiliki rata-rata peranan sebesar 91,69 % terhadap total ekspor sektor peternakan. Pada tahun 2024, peranan komoditas ini bahkan mencapai 97,59 %, tertinggi selama periode tersebut.Meskipun begitu, volume dan nilai ekspor komoditas sarang burung walet pada 2025 sama-sama menurun dari tahun sebelumnya. Volume ekspor menurun 100 ton dari 1,350 ton menjadi 1,250 ton. Sedangkan nilai ekspor menurun dari 670 ton menjadi 560 ton.Nilai ekspor komoditas sarang burung selama tahun 2020-2024 cenderung menunjukkan tren yang berfluktuatif.
Peningkatan nilai ekspor terjadi pada tahun 2020, yaitu sebesar 48,47 % menjadi sebesar US$540,4 juta, mengindikasikan terjadinya peningkatan harga komoditas pada 2020.Sebaliknya, terlihat indikasi terjadinya penurunan harga komoditas sarang burung pada tahun 2021. Hal tersebut nampak dari terjadinya penurunan nilai ekspor sebesar 4,32 % sehingga menjadi US$517 juta, padahal berat ekspornya mengalami peningkatan sebesar 14,71 % dari yang sebelumnya 1.312,5 ton menjadi 1.505,5 ton.Komoditas sarang burung sebagian besar diekspor ke China, Hong Kong, dan Vietnam.Pada 2024, sebanyak 93,04 % dari total ekspor sarang burung Indonesia diekspor ke tiga negara tersebut dengan rincian US$428,8 juta ke China dengan pangsa 77,74 %; US$62,3 juta ke Hong Kong dengan pangsa 11,30 %; dan US$22,0 juta ke Vietnam dengan pangsa 3,99 %.Foto: BPSEkspor sarang burung walet Provinsi Utama Asal Ekspor Mengalami PenurunanSumatera Utara adalah provinsi pengekspor sarang burung walet terbesar pada tahun 2024.
Kontribusi nillai ekspor provinsi ini mencapai US$135,7 juta atau 24,61 % dari total ekspor komoditas ini di tahun tersebut. Provinsi lain yang juga merupakan provinsi asal utama ekspor sarang burung adalah Jakarta, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah.Mayoritas ekspor komoditas ini dari kelima provinsi tersebut mengalami penurunan, termasuk Sumatera Utara. Ekspor dari Sumatera Utara turun sebesar 17,30 %, DKI Jakarta turun 8,94 %, Jawa Timur turun 12,30 % dan Jawa Tengah turun 19,35 %.Di sisi lain, ekspor komoditas sarang burung dari Banten mengalami peningkatan sebesar 47,23 %.Foto: BPSEkspor sarang burung walet Meski mendominasi, Indonesia tetap menghadapi persaingan dari negara-negara lain, seperti Malaysia dan Thailand, yang juga aktif dalam mengekspor sarang burung walet ke pasar global.
Kedua negara ini juga memiliki infrastruktur yang mendukung dan akses ke pasar yang sama, meskipun Indonesia tetap unggul dalam hal volume dan pengakuan kualitas.Untuk mempertahankan keunggulan ini, penting bagi Indonesia untuk terus meningkatkan kualitas produksi dan memastikan bahwa proses ekspor berjalan lancar dengan memenuhi standar internasional yang semakin ketat.
Hal ini termasuk penyederhanaan proses perizinan ekspor, sertifikasi kualitas, dan kepatuhan terhadap regulasi negara-negara tujuan.Baca artikel CNBC Indonesia “Emas Putih dari Langit: Primadona Indonesia yang Tengah Meredup” selengkapnya di sini:
Publis:HJ